Bacalah Al-Quran itu dengan Menangis | Kajian Majelis Jejak Nabi | ustadz Salim A Fillah

12:45:00 AM

Bacalah Al Quran itu dengan menangis | Kajian Majelis Jejak Nabi | Ustadz Salim A Fillah

"wa rottilil qurana tartiila" 
Allah mengatakan "Dan tartilkanlah al-Quran itu demgan setartil-tartilnya"
"Dan bacalah al-Quran itu dengan setartil mungkin"

Ibnu Abbas ra mengatakan, yang dimaksud dengan tartil adalah
yang pertama adalah kehadiran hati
yang kedua adalah keterfahaman yang dialami oleh si pembaca maupun si pendengar
baru yang ketiga adalah tentang kefasihan didalam melafalkan

Jadi kata Ibnu Abbas,yang dimaksud tartil itu urutannya,
pertama kehadiran hati didalam membaca Al-Quran
kehadiran hati ini sangat ditekankan oleh Rasulullah
sampai kemudian beliau mengatakan
"Bacalah Al-Quran itu dengan menangis"

Al-Ghazali menambahkan keterangan,
"Bacalah Al-Quran itu dengan menangis kalau kaliau tidak bisa pura-puralah menangis Lalu menangislah atas kepura-puraan kalian itu"

Ini kalimat yang tampaknya menarik,
"Bacalah Al-Quran itu dengan menangis, jika tidak bisa maka berpura-puralah menangis didalam membacanya lalu sesudah itu maka menangislah karena kepura-puraan kalian"

ini karena sangat pentingnya menghadirkan hati didalam membaca Al-Quran, jadi menghadirkan hati ini menempati urut pertama dalam apa yang disebut sebagai tartil 

Yang kedua adalah keterfahaman yang membaca maupun yang mendengar.

Jadi bagaimana yang membaca dan yang mendengar itu memahami apa yang dibaca itu.

Bagian dari tartil adalah kemudian memahami, baik yang membaca maupun yang mendengar memahami apa yang sedang diperdengarkan dari kalamullah

Baru yang ketiga adalah Fashoha atau kefasihan
didalam melafalkan huruf-hurufnya, jadi kefasihan dalam melafalkan huruf ini hanyalah urut ketiga dari apa yang disebut sebagai "wa rottilil qurana tartiila"

Sampai-sampai Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyim Al-Jauziyah mengatakan, "Termasuk ketertipuan yang ditiupkan oleh setan adalah orang-orang yang bersibuk-sibuk didalam mempelajari ilmu melafalkan A, Ba, Ta dan Tsa kemudian melalaikan bahwa Quran itu diturunkan untuk memberikan pengajaran, Quran itu diturunkan untuk diambil ibrohnya.

Ya artinya, berlebihan didalam ilmu Tajwid sehingga menghalangi orang dari membahas makna-makna yang terkandung didalam Al-Quran, mengamalkan petunjuk-petunjuk yang kemudian diarahkan oleh Allah SWT didalam sana.

Itu adalah sebuah kata Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyim, sampai beliau katakan dengan sangat ekstrim, itu adalah ketertipuan yang kemudian ditiupkan oleh setan kedalam jiwa manusia
karena apa? karena kemudian yang lebih penting tadi, yang pertama adalah kehadiran hati, yang kedua adalah kefahaman
terhadap apa yang dibaca dan diperdengarkan itu dan baru yang ketiga adalah kefasihan dalam melafalkan.

Maka saya kemarin buka di youtube,nyoba lihat bagaimana tilawahnya para ulama ketika membaca quran dan ngimami sholat
saya cek syeikh Albani, ternyata bacaan quran beliau sama antum mungkin bagus antum,sama syeikh bin Bas, itu juga kemudian bacaan Al-Quran beliau tidak kemudian dihias-hias dengan lagu-lagu yang indah, datar saja,yang kita rasakan itu bukan bahwa ini bacaan yang indah meskipun ada perintah Rasulullah, "Zayyinul quran biashwatikum", "Hiasi quran dengan suara-suara kalian"

Nah kalau ulama mutakhir zaman sekarang yang bacaannya indah yang dikenal sebagai Fakih, itu adalah Dr. Yusuf Al-Qordhowi, itu kalau mengimami juga bacaannya sangat indah tetapi yang lain itu saya melihat, Syeikh Husaini, Syeikh BimBas, kemudian Syeikh Albani, ternyata biasa-biasa saja bacaan beliau didalam sholat

Jadi ini bukanlah aib, begitu ya, karena memang yang pertama yang harus disebut sebagai tartil itu adalah Ihdhorul Qulb, kehadiran hati
yang kedua baru kefahaman apa yang dibaca dan yang diperdengarkan itu, dan baru yang ketiga adalah fashoha atau kefasihan dalam melafalkannya

Maka para ulama bersepakat, membaca Al-Quran dengan tartil itu wajib tetapi mempelajari ilmu Tajwid itu hukumnya fardhunya adalah kifayah

Membaca Al-Quran dengan tartil itu fardhu 'ain tetapi mempelajari ilmu Tajwid sampai detail itu fardhu kifayah

Tidak kemudian setiap orang bertanggungan untuk belajar secara detail, yang penting ngerti kapan saatnya mendengung, kapan saatnya menyamarkan, kapan saatnya kemudian membecanya dengan jelas.

Gak perlu kemudian hafal ini namanya adalah mungkin begitu ya Ikhfa', yang begini begini begini, karena ada sifat huruf
bentuknya begini begini begini, itu , nah yang seperti itu fardhu kifayah. Kita termasuk kebaikan mengikuti pembelajaran yang semacam itu

Tetapi yang terpenting justru adalah bagaimana kemudian pengamalannya didalam melafalkan ayat-ayat Al-Quran dengan benar

Ini yang dimaksud dengan "warottilil qurana tartiila" adalah pertama-tama hadirkan hati, yang kedua fahami apa yang dibaca dan yang didengar itu, yang ketiga fasihkan lisan kita
untuk kemudian melafalkannya secara benar

SUBSCRIBE Pembelajar Quran Channel http://youtube.com/c/PembelajarQuranChannel
dan kunjungi website kami di http://pembelajar-quran.blogspot.com 

Share this :

Previous
Next Post »
0 Komentar

Penulisan markup di komentar
  • Silakan tinggalkan komentar sesuai topik. Komentar yang menyertakan link aktif, iklan, atau sejenisnya akan dihapus.
  • Untuk menyisipkan kode gunakan <i rel="code"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan kode panjang gunakan <i rel="pre"> kode yang akan disisipkan </i>
  • Untuk menyisipkan quote gunakan <i rel="quote"> catatan anda </i>
  • Untuk menyisipkan gambar gunakan <i rel="image"> URL gambar </i>
  • Untuk menyisipkan video gunakan [iframe] URL embed video [/iframe]
  • Kemudian parse kode tersebut pada kotak di bawah ini
  • © 2015 Simple SEO ✔